Pembalap Yamaha, Fabio Quartararo, mengaku menghadapi tantangan berat di MotoGP Indonesia 2025 yang digelar di Sirkuit Mandalika, Lombok.
Dalam suhu yang sangat panas, Quartararo mengatakan dirinya sempat merasa “terbakar” karena panas dari knalpot saat berada di tengah rombongan pembalap.
Quartararo: “Saya Benar-Benar Kepanasan di Lintasan”
Quartararo memulai balapan dari posisi kedelapan dan akhirnya finis di posisi ketujuh, menjadi pembalap Yamaha dengan hasil terbaik di Mandalika.

Namun, di balik hasil tersebut, pembalap asal Prancis itu mengaku mengalami kesulitan besar mengatur ban dan menghadapi panas ekstrem.
“Panas sekali. Saya berada di belakang banyak pembalap, dan panas dari knalpot mengenai kaki saya. Saya benar-benar seperti terbakar,” kata Quartararo kepada media seusai balapan.
Dalam balapan 27 lap itu, Quartararo memilih kombinasi ban depan keras (hard) dan ban belakang lunak (soft) — satu-satunya kombinasi yang menurutnya terasa cukup nyaman.
Namun, pilihan itu membuatnya harus mengatur kecepatan dengan hati-hati agar ban belakang tidak cepat habis.
“Saya harus berhati-hati menjaga ban belakang. Sulit karena saya tidak bisa menyalip siapa pun. Ketika keluar dari tikungan, motor lain melaju lebih cepat,” jelasnya.
“Tapi saya rasa saya mengendarai dengan cukup cerdas dan mampu mengelola ban dengan baik.”
Alex Rins Tampil Impresif, Quartararo Terkesan
Sepanjang akhir pekan di Mandalika, Quartararo justru lebih banyak tertinggal dari rekan setimnya, Alex Rins.
Rins tampil luar biasa dengan start dari posisi keempat — hasil kualifikasi terbaiknya musim ini — dan sempat berada di posisi kedua pada awal balapan.
Meski akhirnya finis di posisi kesepuluh setelah performa ban belakang menurun, Quartararo mengaku terkesan dengan kecepatan dan konsistensi Rins sepanjang akhir pekan.
“Saya tahu apa yang terjadi dengan Alex. Saya sempat berada di belakangnya dua atau tiga lap, tapi tidak bisa menyalip,” kata Quartararo.
“Saya sempat berpikir, ‘Apakah dia bisa bertahan sampai akhir?’ Tapi saya tetap menjaga ban saya agar tetap segar.”
Menurut Quartararo, kecepatan Rins lebih disebabkan oleh karakteristik sirkuit Mandalika dan cara Rins menekan batas motornya.
“Saya pikir ini lebih karena karakter sirkuit dan gaya berkendara Alex. Tapi saya tetap kagum dengan caranya mengendalikan motor. Dia sangat cepat sepanjang akhir pekan,” ujarnya.
Keterbatasan Yamaha Masih Terlihat
Meskipun Rins tampil cepat, Quartararo menegaskan bahwa performa Yamaha belum setara dengan tim-tim besar seperti KTM atau Ducati.
Dalam pandangannya, perbedaan tenaga dan akselerasi masih menjadi kelemahan utama motor Yamaha YZR-M1.
“Kami bisa lihat perbedaan tenaga motor KTM dan Yamaha jelas sekali. Mereka punya level daya yang berbeda,” ucap Quartararo.
Ia juga mengakui bahwa akhir pekan di Indonesia merupakan salah satu yang paling sulit sepanjang musim.
“Bagi saya, ini salah satu akhir pekan terburuk dari sisi feeling dengan motor. Tapi menyenangkan bisa melihat data dari Alex untuk melihat di mana saya bisa memperbaiki diri,” tambahnya.
Yamaha Butuh Solusi Jangka Panjang
Hasil di Mandalika menjadi sinyal bahwa Yamaha masih butuh waktu untuk kembali kompetitif di MotoGP.
Meski Quartararo dan Rins menunjukkan upaya keras, keterbatasan mesin dan grip ban belakang menjadi faktor utama yang menghambat performa mereka.
Tim Yamaha dilaporkan akan membawa pembaruan aerodinamika dan setup mesin baru pada seri berikutnya, dengan harapan bisa memperbaiki performa di lintasan lurus dan saat akselerasi keluar tikungan.
“Saya tahu ini belum cukup. Tapi kami akan terus bekerja keras dan mencoba memahami apa yang bisa kami tingkatkan,” tutup Quartararo.
Dengan hasil finis ketujuh, Quartararo masih menjadi pembalap terbaik Yamaha sejauh ini. Namun, ia menyadari perjuangan masih panjang untuk kembali menantang posisi podium.
Belum ada komentar